Jumat, 25 November 2011

MEMBANGUN ISTANA PASIR

"Mari kita antar anak didik kita meraih prestasi, menggapai masa depan dengan memajukan sekolah kita. tempat kita berkarya, mengukir prestasi dan menuju kearah yang lebih baik. Sebagai kepala sekolah, saya akan membantu dan membimbing bapak/ibu guru mewujudkannya dengan cara :
1. Menegakkan kedisiplinan
2. Meningkatkan kesejahteraan karyawan
3. Menghargai prestasi
Demikianlah kira-kira yang pertama kali disampaikan oleh Kepala Sekolah kami yang baru sekitar 15 bulan yang lalu. Masih sangat jelas terngiang dalam ingatan setiap rekan rekan guru yang mengikuti rapat dinas perdana dengan Kepala Sekolah yang baru Agustus 2010 yang lalu.
Kini 15 bulan telah berlalu, prestasi-prestasi yang dharapkan pun sudah mulai diraih. Dari Juara Umum kejuaraan atletik antar klub se kabupaten Banjarnegara, POPDA, dan Lomba Festival Seni tingkat propinsi, sampai juara desain batik tingkat propinsi. Bidang akademik pun mulai ditingkatkan melalui dari ditingkatkannya Kriteria Ketuntasan Minimal rata-rata jadi 7,00, kecuali untuk Mata Pelajaran IPA, Matematika dan Bahasa Inggris yang masih 6,50. Tingkat kelulusan pun lebih baik dari tahun sebelumnya. tahun 2009 tingkat kelulusan hanya 89,1 %, meningkat menjadi 96,00% ditahun 2010. Dan yang lebih membanggakan adalah sekolah ini sudah meningkat statusnya dari sekolah menuju Sekolah Standar Nasional menjadi Sekolah Standar Nasional. Sebuah stattus yang sangat dihaapkan leh seklah seoklah pinggiran seperti sekolah kami.
Semengat menggebu yang dulu tampak memukau dan memberi kesan mendalam, kini tampak sirna tak bermakna. terlalu jauh ambisi pribadi masuk dalam visi institusi yang idealnya jauh dari kesan itu. Kedisiplinan hanya sebuah ungkapan kosong yang masih perlu digali dan dimaknai kejelasannya. Seketat apapun peraturannya, sebaik apapun aturan itu dibuat tanpa adanya komitmen untuk mengawal dan mewujudnkanny, semua hanyalah sebuah pernyataan, tidak lebih.
Indikaasi ketidak komitnya dapat dilihat dengan jelas dalam kegiatan setiap harinya. Bapak/ibu guru yang sering pulang sebelum waktu sebab habis jam mengajarnya dapat kita saksikan tiap hari. Penggunaan pakaian dinas yang tidak sesuai, belum lagi jam pelajaran terlambat dimasuki guru, atau tidak masuk kerja tanpa disertai alasan yang jelas. Keadaan in tidak perlu terjadi sekira segenap pemegang kebijakan disekolah memberikan tegurn, atau penghargaan terhadap kinerja yang bagus.
Anak-anak pun sekarang menikmati kelonggaran kedisiplinan tersebut. Rambut panjang bercat model artis masa kini. Padahal dalam tata tertib dengan jelas dinyatakan bahwa potongan rmabut siswa putra adalah 3-2-1, dan siswa putri diikat dua berpita.
Peningkatan kesejahteraan guru dan karyawan, sebuah kenyataan yang memalukan bila diungkapkan. kegiatan-kegiatan yang sudah dianggarkan dan tampak pada RKAS, berjalan seadanya. Dominasi pimpinan sekolah dalam kegiatan, hampir dikata mutlak. sehingga kesan menggurui, paling pintarlah yang nampak. Banyak insentive yang seharusnya diterimakan guru, masih jauh dari angan angan, bahkan ada kesan hangus, aliasn tidak dibayar alasan tidak ada dana. Contoh konkrit saja pembuatan modul Pembelajaran Untuk Mensuksesan UN tahun 2011. Modul dibayai oleh siswa, sementara siswa yanga bersangkutan sudah lulus, kemana dana itu sekarang dan dimana ! Belum lagi insentive Panitia Ujian Nasional yang kerjanya marathon, ternyata nasibnya tidak jauh beda.
aah kapan ada penyegaran pimpinan sekolah. terlalu capek sudah kita menunggu adanya perubahan itu.