Kamis, 04 Februari 2010

Sebuah Renungan

DIKRITIK, SIAPA TAKUT !

Setiap perbuatan yang dilakukan manusia, memiliki konsekuensi, dipuji atau dicela. Dipuji oleh satu pihak, dicela oleh pihak yang lain. Tak ada satupun tindakan yang dipuji oleh semua manusia, meskipun itu tindakan yang teramat sangat baik. Tak satupun tindakan yang dibenci oleh semua manusia di dunia, meskpun itu tindakan yang jelas-jelas jahat dan buruk.

Karena itu, mengharap ridha dan dukungan dari semua manusia, itu hanyalah khayalan semata. Ini mustahil terjadi, meskipun hanya dalam lingkup yang sangat kecil, keluarga, atau satu kantor kerja, betapapun kita sangat menginginkannya. Dan adalah aneh, masih ada orang yang berusaha menarik simpati semua kalangan. Ingin bersahabat dengan malaikat, sekaligus berkawan dengan syetan. Sesekali ingin berbuat taat dengan harap menyenangkan teman-temannya, sesekali menyengaja berbuat jahat untuk meraih simpati para pecundang.

Kalaupun cara ini ditempuh untuk menyenangkan kedua bealah pihak, adalah sebuah keniscayaan kita akan mendapat simpati dan dukungan dari keduanya. Oleh karena itu, jika kita berbuat untuk menghindari celaan dari satu pihak, atau mengharapkan pujian dari pihak yang lain, dipastikan kita akan bakal menjadi orang yang bingung. Setiap langkahnya akan dibayangi kebimbangan, ingin berbuat begini takut dicela pihak yang ini, ingin berbuat begitu takut diaci pihak yang lain.

Disinilah akal kita dituntut untuk dioptimalkan dalam bekerja. Orang yang berakal senantiasa menjadikan kebenaran sebagai acuan setiap ucapan dan tinddakan. Bukan landasan pujian atau celaan. Karena apapun pilihan yang kita ambil, tetap tidak mampu memuaskan semua orang. Pada kebenaran ada potensi celaan, pada keburukan ada pula peluang cercaan. Hanya saja sabar dalam menghadapi celaan dan cercaan karena menjalankan ketaatan bernilai pahala besar, sedangkan dicela karena maksiat adalah kehinaan di dunia, kesengsaraan di akhirat.

Jadi janganlah heran kalau kenapa dalam kebenaran menuai celaan. Karena kebenenaran memiliki musuh, dan kemaksiatan juga memiliki teman. Bahkan bisa jadi musuh kebenaran itu lebih banyak dari pada musuh kesesatan. Jadi jangan takjub, dikritik dalam kebenaran, siapa takut !

Oleh Abu Roy, dari berbagai sumber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar