Senin, 16 April 2012

100 %

Ujian Nasional adalah salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan peserta didik dalam menempuh pendidikan dasar dan menengah. Secara nasional idealnya hasil Ujian Nasional yang dicapai peserta didik mencerminkan kualitas pendidikan ditingkat Nasional. Oleh sebab itulah Kementrian Pendidikan selalu berusaha meningkatkan angka mininmal kelulusan setiap tahunnya. Dengan asumsi, semaikin tinggi perolehan nilai yang didapat secara nasional, berarti mutu pendidikn nasional semakin baik (?). Diketahui, dalam tahun terakhir, seseorang peserta didik dianggap lulus apabila mencapai rata-rata perolehan nilai 5,5. Adanya beberapa kasus yang menyebabakan seorang peserta didik berprestasi tidak lulus, kemudian terjadi perubahan komposisi dan pola penilaian secara nasional. Pertanyaannya adalah, apakan perolehan nilai tersebut benar benar mencerminkan kualitas pendidikan nasional secara umum ?
Untuk menentukan Nilai Akhir, apakah seorang peserta didik dinyatakan lulus atau tidak, maka digunakanlah pembobotan nilai dengan komposisi penilaian 60% nilai Ujian Sekolah dan 40 % nilai ujian Nasional. Secara umum itikad baik ini perlu direspon positif oleh semua pelaku pendidikan baik, peserta didik, tenaga kependidikan dan lain-lain. Kebijakan ini memberikan kesempatan bagi peserta didik yang punya potensi besar, tapi tidak lulus karena terganjal Nilai Ujian Nasional yang jeblok. Dan kenyataan ini benar benar dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh penyelenggara pendidikan. Untuk meningkatkan pretise dan gengsi disetiap sekolah, sekolah beramai ramai menaikan nilai ujian sekolah sampai angka yang tidak rasional jika dibandingkan dengan peroleh ujian nasional. Dan yang paling getol (kebanyakan) adalah sekolah sekolah yang Sudah menyandang gelar Sekolah Standar Nasional atau Rintisan Sekolah Berstandar Internasional dan mungkin pula Sekolah Standar Internasional. (bersambung)

Jumat, 25 November 2011

MEMBANGUN ISTANA PASIR

"Mari kita antar anak didik kita meraih prestasi, menggapai masa depan dengan memajukan sekolah kita. tempat kita berkarya, mengukir prestasi dan menuju kearah yang lebih baik. Sebagai kepala sekolah, saya akan membantu dan membimbing bapak/ibu guru mewujudkannya dengan cara :
1. Menegakkan kedisiplinan
2. Meningkatkan kesejahteraan karyawan
3. Menghargai prestasi
Demikianlah kira-kira yang pertama kali disampaikan oleh Kepala Sekolah kami yang baru sekitar 15 bulan yang lalu. Masih sangat jelas terngiang dalam ingatan setiap rekan rekan guru yang mengikuti rapat dinas perdana dengan Kepala Sekolah yang baru Agustus 2010 yang lalu.
Kini 15 bulan telah berlalu, prestasi-prestasi yang dharapkan pun sudah mulai diraih. Dari Juara Umum kejuaraan atletik antar klub se kabupaten Banjarnegara, POPDA, dan Lomba Festival Seni tingkat propinsi, sampai juara desain batik tingkat propinsi. Bidang akademik pun mulai ditingkatkan melalui dari ditingkatkannya Kriteria Ketuntasan Minimal rata-rata jadi 7,00, kecuali untuk Mata Pelajaran IPA, Matematika dan Bahasa Inggris yang masih 6,50. Tingkat kelulusan pun lebih baik dari tahun sebelumnya. tahun 2009 tingkat kelulusan hanya 89,1 %, meningkat menjadi 96,00% ditahun 2010. Dan yang lebih membanggakan adalah sekolah ini sudah meningkat statusnya dari sekolah menuju Sekolah Standar Nasional menjadi Sekolah Standar Nasional. Sebuah stattus yang sangat dihaapkan leh seklah seoklah pinggiran seperti sekolah kami.
Semengat menggebu yang dulu tampak memukau dan memberi kesan mendalam, kini tampak sirna tak bermakna. terlalu jauh ambisi pribadi masuk dalam visi institusi yang idealnya jauh dari kesan itu. Kedisiplinan hanya sebuah ungkapan kosong yang masih perlu digali dan dimaknai kejelasannya. Seketat apapun peraturannya, sebaik apapun aturan itu dibuat tanpa adanya komitmen untuk mengawal dan mewujudnkanny, semua hanyalah sebuah pernyataan, tidak lebih.
Indikaasi ketidak komitnya dapat dilihat dengan jelas dalam kegiatan setiap harinya. Bapak/ibu guru yang sering pulang sebelum waktu sebab habis jam mengajarnya dapat kita saksikan tiap hari. Penggunaan pakaian dinas yang tidak sesuai, belum lagi jam pelajaran terlambat dimasuki guru, atau tidak masuk kerja tanpa disertai alasan yang jelas. Keadaan in tidak perlu terjadi sekira segenap pemegang kebijakan disekolah memberikan tegurn, atau penghargaan terhadap kinerja yang bagus.
Anak-anak pun sekarang menikmati kelonggaran kedisiplinan tersebut. Rambut panjang bercat model artis masa kini. Padahal dalam tata tertib dengan jelas dinyatakan bahwa potongan rmabut siswa putra adalah 3-2-1, dan siswa putri diikat dua berpita.
Peningkatan kesejahteraan guru dan karyawan, sebuah kenyataan yang memalukan bila diungkapkan. kegiatan-kegiatan yang sudah dianggarkan dan tampak pada RKAS, berjalan seadanya. Dominasi pimpinan sekolah dalam kegiatan, hampir dikata mutlak. sehingga kesan menggurui, paling pintarlah yang nampak. Banyak insentive yang seharusnya diterimakan guru, masih jauh dari angan angan, bahkan ada kesan hangus, aliasn tidak dibayar alasan tidak ada dana. Contoh konkrit saja pembuatan modul Pembelajaran Untuk Mensuksesan UN tahun 2011. Modul dibayai oleh siswa, sementara siswa yanga bersangkutan sudah lulus, kemana dana itu sekarang dan dimana ! Belum lagi insentive Panitia Ujian Nasional yang kerjanya marathon, ternyata nasibnya tidak jauh beda.
aah kapan ada penyegaran pimpinan sekolah. terlalu capek sudah kita menunggu adanya perubahan itu.

Selasa, 24 Mei 2011

MEMBUAT PTK YUK !

Dengan diterbitkannya UU Guru dan Dosen, guru atau dosen adalah sebuah profesi sebagaimana halnya dokter, akuntan, dll. Sebagai tenaga profesi, maka seorang guru dituntut untuk bekerja secara profesional. Mengetahui hak dan tanggungjawabnya, serta tugas dan kewajibannya.
"Guru yang tidak mau atau tidak mampu menulis karya ilmiah adalah guru yang tidak profesional. Karena salah satu indikator yang harus dimiliki guru dalam kompetensi profesi adalah kemampuan menyusun laporan penilaian dan penelitian tindakan kelas"(Cepi Triatna, 2008:4)
Bagi guru yang sudah mencapai golongan IV a, adalah wajib untuk membuat PTK jika menginginkan naik ke golongan yang lebih tinggi. Namun bukan berarti hanya diperuntukkan bagi golongan IV/a yang mau naik IV/b. Guru yang sudah mendapatkan sertifikat pendidik berarti sudah mendapat pengakuan guru yang profesional. Sudah dituntut untuk membuat laporan penilaian maupun laporan penelitian tindakan kelas.
Namun kenyataannya hanya beberapa orang guru yang sudah menyusun PTK, sementara ribuan lainnya, jangankan untuk membuat, keinginan untuk itupun sepertinya belum ada.
Ada beberapa alasan mengapa guru tidak mampu/belum membuat PTK. Diantaranya adalah :
  1. Tidak percaya diri
Banyak teman-teman guru yang bila diajak membuat PTK, atau membahasnya merasa enggan. Mereka merasa tidak mampu, sebab membuat sebuah penelitian dianggapnya sebagai pekerjaan yang sangat sulit. Ada lagi yang mengaku sudah lupa bagaimana membuat laporan penelitian sebab sudah terlalu lama meninggalkan bangku kuliah atau SPG/SGO. Kenyataan ini disebabkan banyak guru yang tidak/kurang membaca. Jangankan membaca referensi, membaca bahan ajar saja sepertinya sudah tidak sempat. Membuat perangkat KBM hanya copi paste. Sehingga refernsi yang dimiliki sangat minimal. Disamping itu mereka menganggap tidak mampu membuatnya disebabkan tidak mau berlatih membuat tulisan. Ada lagi yang disebabkan ketidakmampuannyaa memahami teori-teori menulis, dan tidak pernah mengikuti kegiatan pelatihan penulisan karya ilmiah.
2.Tidak mengetahui manfaatnya.
Menulis, adalah kegiatan mengkomunikasikan ide, gagasan dan pendapat dengan pihak lain, dalam hal ini pembaca. Dengan membuat PTK, bisa diketahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi dikelas, dan berusaha untuk mengkomunikasikan gagasannya bagaimana untuk mengatasi masalah tersebut. Tujuan pembelajaran yang tadinya lebih berorientasi pada peserta didik, menjadi orientasi bagaimana sebuah proses pembelajaran bisa menemukan kekurangan kekurangan dan berusaha untuk mengatasinya.Tindakan untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran bermuara pada meningkatnya kualitas pembelajaran dikelas. Guru menjadi lebih kritis terhadap kondisi yang dihadapi dan lebih kreatif untuk menemukan dan menggunakan model dan metode baru dalam pembelajaran.Dengan semakin bervariasinya metode dan model model pembelajaran untuk mengatasi permasalahannya dengan sendirinya akan meningkatkan out put terhadap peserta didiknya.
3. Adanya beban tugas tambahan
Ada sebagian teman teman guru yang menjadikan tugas tambahan sebagai alasan tidak sempat untuk membuat PTK. Sebuah pemahaman yang keliru. Melakukan penelitian tindakan dianggap membutuhkan waktu khusus yang tidak mungkin dipadukan dengan mengerjakan tugas tugas lain. Kalaupun bisa, dianggap tidak akan sesempurna seperti yang diangan-angankan. Padahal sebuah hasil penelitian merupakan awal atau permulaan dari penelitiaan yang lain.

Rabu, 18 Mei 2011

MENULIS, BETAPA SULITNYA !

"Siapa pun bisa menulis sepanjang dia mau menulis. Tidak ada yang tidak mungkin sepanjang kita mau berusaha keras melakukannya. Mulailah dengan niat di dalam hati. Menulis dengan hati kan lebih punya makna", demikian dikatakan Ismail Kusmayadi.
Kalimat yang mudah dicerna dan dipahami. Sekaligus sulit untuk dilaksanakan. Banyak orang yang ingin menulis, dan berapa banyak orang yang tidak jadi menulis, meskipun ia merasa bersungguh-sungguh akan melakukan. Tetap saja hasilnya tidak jadi menulis, dan tidak bissa menulis. Ia sudah merasa punya ide, referensi yang cukup, dan pebendaharaan kata yang memadai. Teori-teori menulispun sudah hapal diluar kepala. Namun untuk memulai menulis, seperti membawa beban yang sangat berat.
Inilah permasalahan yang sering dialami oleh penulis pemula. Disamping ada puluhan masalah masalah lain yang sebenarnya bukan masalah, namun tetap saja keinginan untuk menulis belum bisa terwujud. Secara umum permaslahan yang muncul dialami oleh penulis pemula adalah :
1. Tidak Percaya Diri.
Seperti pada kegiatan-kegiatan lain bagi pemula, pada umumnya rasa percaya dirinya sangat kurang. Bisa disebabkan oleh perasaan bahwa dirinya tidak mampu untuk melakukan. Merasa dirinya tidak berbakat. Atau perasaan lain yang sebenarnya bukan masalah. Kita masih berkutat pada permasalahan permasalahan teknis yang sebenarnya menurut para penulis senior bukan masalah. Menurut mereka, menulis itu hanya membutuhkan ketekunan dan usaha terus menerus agar ketrampilan menulis yang diinginkan bisa diperoleh.
2. Merasa tidak punya ide
Tidak bisa dipungkiri, ide merupakan hal pokok yang menyebabkan seseorang akan menulis. Termasuk saya menulis di blog ini. Ingin sekali menulis, tapi mau menulis apa, sebab tidak punya ide. Dari kebingungan sebab tidak punya ide, maka kebingungan itu dituangkan di blog ini untuk membenarkan "ketidakmampuannya" dalam menulis. Mungkin bagi penulis senior "ketidakberdayaan" saya ini dianggap ide. Ide untuk menuliskan ketidakberdayaan dalam menulis diungkapkan, maka terjadilah tulisan yang "tidak sengaja" ini.
3. Kurang mempunyai referensi
Sebagian orang mungkin sepakat, bahwa referensi itu penting untuk menulis. Karena dari referensi tersebut kita bisa membuat skenario tulisan. Tulisan yang akan kita buat jadi jelas konsep dan tujuannya. Referensi itulah yang membawa penulis untuk mengembangkan alur tulisannya, sekaligus akan memunculkan ide ide segar yang sebelumnya belum ada. Atau bahkan akan menjadi ide dasar tulisan-tulisan berikutnya.
4. Tidak memahami teori-teori menulis
Sebenarnya ada banyak buku buku yang menuliskan tentang teori-teori menulis. Dan kita pun sebenarnya secara garis besar mengetahui dan memahami teori menulis. Tetapi setelah niatan menulis muncul menjadi lupa segala teori itu. Seperti yang dialami oleh beberapa teman guru bahasa saya. Paham dan tahu betul apa isi dari surat lamaran secara detail. Tetapi sewaktu dirinya diminta untuk mengajukan surat lamaran, dirinya jumpalitan bertanya kesana kemari tentang bagaimana membuat surat lamaran yang benar.
5. Tidak tahu kapan memulai menulis
Sebuah kondisi yang benar benar berat. Kapan kita akan menulis, dari mana dan apa yang akan ditulis. Penulis senior dengan jam terbang yang tinggi, tidak kesulitan untuk menulis. Bisa kapan saja dan dimana saja. Tapi bagi pemunis pemula, butuh waktu dan proses yang lama untuk bisa menulis, tidak menunggu mood.
Tapi sebenarnya bahwa kemampuan menulis itu tidaklah terlahir secara instan, hanya butuh waktu 2-3 hari belajar, kemudin bisa menulis. Menulis butuh disiplin. Ketrampilan itu hanya akan didapat jika kita sering mencoba dan mencoba. Jangan takut untuk menulis, apa saja. Lakukanlah sunting diakhir menulis agar kita dapat mengetahui seperti apa bobot tulisan kita.
Selamat Mencoba !

Jumat, 05 November 2010

HUJAN ABU DI BANJARNEGARA

Hari ini adalah hari yang luar biasa bagi warga di Susukan dan sekitarnya. Kalau hari hari sebelumnya pernah terjadi hujan abu dampak dari meningkatnya aktivitas gunung Merapi, maka pada hari ini, jum'at 5 Nopember 2010, adalah mungkin yang terberat sepanjang hari hari yang telah berlalu.
Dibeberapa tempat kita bisa melihat ketebalan abu di vulkanik itu mencapai ketebalan 1 centimeter. Kita bisa melihatnya di atap rumah, dedaunan, atau yang paling ketara ada di jalan jalan protokol Banyumas-Banjarnegara.
Akitivitas pagi hari yang biasanya jam 05.00 sudah sibuk, hari ini sangat lengang, bahkan ketika waktu sudah menunjukkan jam 07.00 WIB. Anak sekolah, pegawai, pedagang, petani, sepertinya lebih banyak melakukan aktivitas di dalam rumah daripada di luar rumah.
Masyarakat diharap Nah, jika posisi seseorang dekat dengan abu vulkanik yang kemudian masuk ke dalam pernapasan cukup banyak, maka bisa membuat saluran pernapasan membengkak karena efek dari panasnya udara. Yang terjadi, bisa saja sesak napas, bahkan sampai mengancam jiwa.

Apabila awan tersebut naik ke angkasa yang kemudian membentuk awan panas, maka bisa sebabkan hujan asam yang juga membahayakan kesehatan maupun lingkungan. Kandungan racun dalam awan panas tadi dapat menurunkan kesuburan tanah dan kematian bagi hewan. “Namun, jika seseorang berada dalam posisi yang jauh, otomatis dampak pada kesehatan pun akan berkurang atau gejalanya lebih ringan,” sebutnya.

Berbeda halnya dengan seseorang yang sudah bermasalah pada paru-paru, seperti pada penderita asma misalnya. Umumnya pada seseorang yang memiliki riwayat asma, maka asmanya akan kumat. “Abu vulkanik merupakan salah satu pencetus terjadinya serangan asma,” paparnya.

Kita semua tahu bahwa asma adalah penyakit yang sifatnya terjadi terusmenerus yang biasanya terjadi apabila terdapat pencetusnya. Dalam hal ini, abu gunung menjadi salah satu pencetus asma yang kuat sehingga yang terjadi pada penderita asma biasanya adalah bengek yang bisa muncul kapan saja saat terpapar abu vulkanik.

Selain asma, abu vulkanik juga sangat berbahaya bagi seseorang yang sudah menderita penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau penyakit yang disebabkan gas atau asap yang beracun dan berbahaya.waspada terhadap abu vulkanik Gunung Merapi yang terbawa angin beterbangan keberbagai daerah ini, karena sangat berbahaya bagi kesehatan. Abu vulkanik ini mengandung piroplastik dan material lain yang membahayakan tidak hanya kulit, namun juga mata.
Dr.Thahri Iskandar, Sp.P dari Rumah Sakit Omni Alam Suerta Tangerang mengatakan, apabila dibagibagi, maka kandungan dalam abu vulkanik tersebut terdiri atas pasir dan batu-batuan, produk letusan seperti belerang, juga awan panas yang banyak disebut dengan wedhus gembel. “Semuanya sangat berpengaruh terhadap kesehatan, khususnya paru-paru,” ungkapnya.
Khusus untuk anak-anak yang terpapar abu vulkanik, mereka akan lebih sensitif dibandingkan dengan orang dewasa karena pernapasan pada anak-anak sedang dalam pertumbuhan. Misalnya saja jika anak jajan terlalu manis, mereka akan lebih cepat batuk karena terlalu sensitif pada makanan yang dikonsumsinya. Untuk orang yang sudah punya penyakit paru sebelumnya, begitu ada keluhan, segera hubungi ahli paru secepatnya.
“Secara umum, efek abu vulkanik pada paru akan menyebabkan iritasi karena bersifat asam,” ujar staf pengajar dari Divisi Paru Kerja dan Lingkungan Departemen Pulmonologi dan ilmu kedokteran Respirasi FKUI/RSCM.

Dijelaskan olehnya, iritasi yang terjadi adalah dari saluran pernapasan atas hingga bawah, seperti batuk-batuk atau bersin. Namun jika fasenya lebih lanjut, maka bisa menyebabkan sakit tenggorokan, timbunan dahak, sesak napas, juga kekambuhan pada penyakit paru apabila seseorang sebelumnya telah memiliki riwayat penyakit pernapasan. “Penyakit tersebut bisa terjadi, jika kejadiannya terus-menerus dan bertahun-tahun,” tegasnya.

Masih dijelaskan Agus, akibat lanjutan dari iritasi saluran napas yang terjadi adalah meningkatnya risiko terjadinya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Sementara untuk efek jangka panjang, bisa terjadi penumpukan debu di paru atau silica yang berisiko terjadinya silikosis.

Dampak kesehatan yang terjadi di luar kesehatan pernapasan atau paru, di antaranya iritasi pada mata, seperti mata berair hingga kebutaan. Kulit pun menjadi bagian yang terkena dampak akan bahaya vulkanik, di antaranya iritasi berupa gatal-gatal, bisa membuat erosi, bahkan kulit bisa terbakar karena abu vulkanik. “Hindari paparan debu vulkanik dan pergi jauh dari sumber abu vulkanik,” pesannya.

Agus berpesan agar masyarakat sekitar yang terpapar abu vulkanik untuk terus memproteksi diri dari bahaya, seperti menggunakan masker yang aman. Pilih masker respirator yang bisa menyaring partikel-partikel kecil agar debu tidak bisa masuk dari samping. “Masker biasa tipis sehingga tidak bisa memproteksi 100 persen. Walaupun begitu, masker tetap direkomendasikan sebagai alat pelindung diri,” ujar dokter lulusan FK UI ini.

Kamis, 21 Oktober 2010

SERAH TERIMA JABATAN KEPALA SEKOLAH DI SMPN 2 SUSUKAN

Bapak Erry Subekti, S.Pd. Kepala Sekolah yang baru berkenalan dengan segenap dewan guru di Sekolahnya yang baru.
Ibu Rokhndyani, S.Pd. dan suaminya Bapak H. Muhadi, S.Pd., Kepala SMP Negeri 2 Susukan lama menyambut kedatangan Bapak Erry Subekti, S.Pd.MM,. Selanjutnya beliau akan memimpin SMPN 2 Susukan tahun tahun ke depan.
Bapak Erry Subekti S,Pd.MM sebelumnya menjabat Kepala SMP N 1 Punggelan, Banjarnegara.
Semogadibawah kepemimpinan yang baru SMP 2 Susukan akan lebih maju lagi, menjadi Sekolah Standar Nasional .......SEMOGA !

Selasa, 10 Agustus 2010

JUMBARA SMP NEGERI 2 SUSUKAN

"Capek ya bu !", mari aku pijitin.
Siswa SMPN 2 Susukan foto bersama pembimbing saat mengikuti JUMBARA di Banjarnegara